About Me

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Take the way you want and kick the threat. Running with full speed like a deer. And loud of laugh!

Kamis, 26 Mei 2011

Buah Manis untuk Generasi

Hidup itu seperti pohon. Dimulai dari benih, tumbuh , membesar dan menghasilkan buah. Seperti itulah kita diciptakan. Dari benih, lahir, kanak-kanak, dewasa dan memiliki anak serta cucu.

Seperti apakah buah yang dihasilkan dari setiap pohon? Pohon baik dengan buah yang manis? Atau pohon baik dengan buah yang busuk?

Perhatikan cerita singkat berikut dan nilailah hidup kita. Buah apa yang kita hasilkan.

Cerita 1

Sessy, dilahirkan dari keluarga terpandang. Sejak kecil hidupnya tidak pernah kekurangan. Segala fasilitas baik selalu ia dapatkan.  Ayahnya seorang pengusaha, ibunya seorang dokter. Ayahnya sangat pemgambil keputusan yang bijak, ia mengerti bagaimana membagi waktu antara karir dan keluarga. Tidak pernah ia hiraukan keluarganya disaat kesibukan menghampirinya. Pekerja keras dan sosok seorang pemimpin yang rendah hati. Dia sangat dicintai oleh kebanyakan karyawannya. Ia juga pemurah, sangat memperhatikan kaum kekurangan.

Sedangkan ibunya ada seorang dokter yang memperhatikan rakyat kecil. Ia sering menjadi tenaga sukarela di beberapa kegiatan sosial. Dan ia seorang ibu penyayang. Ia sangat memperhatikan kebutuhan Sessy dan keadaannya.

Lalu bagaimana dengan Sessy? Sebagai anak tunggal, Sessy selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Kesibukan orang tuanya bukan berarti membuatnya kurang akan perhatian. Ia merasakan kesempurnaan dalam keluarga. Namun tidak untuk dirinya sendiri. Diusia menginjak 18 tahun, Sessy merubah kebiasaan baiknya dengan menghamburkan uang kedua orang tuanya, prestasinya menurun, pergaulannya berubah menjadi kelam, dan diusia 19 tahun ia terjebak dalam narkotika. Kelembutan hati kecil dari seorang gadis mungil berubah menjadi pemberontakan.

Tidak jarang ia menyakiti hati teman dan sekelilingnya, termasuk ayah dan ibu yang ia puja dimasa dulu. Hidupnya semakin memburuk saat ia diperhadapkan bahwa ia harus menghabiskan beberapa tahunnya di dalam sel penjara.



Cerita 2

Atau kisah Garar, anak dari keluarga sederhana. Berawal dari ayahnya seorang yang memiliki posisi baik di suatu perusahaan. Namun roda kehidupan berputar, PHK besar-besaran membuat ayahnya menjadi seorang pemabuk sedangkan sang ibu pekerja keras. 7 tahun hidupnya diliputi ketakuatn, karena sang ayah yang kerap khilaf memukul ibu dan dirinya saat pulang dalam msbuk. Uang bulanannya habis hanya untuk dibelikan alkohol, dan ibunya harus berjuang keras untuk mencukupi biaya bulanan keluarganya.

Namum Garar tidak mau berhenti berharap, di usia 17 tahun ia tetap mengejar cita-citanya, ia belajar begitu rupa dan berusaha mencari penghasilan tambahan untuk bisa tetap kuliah. Ia tetap mencintai ayahnya yang terasa seperti memiliki 2 pribadi yang berbeda. Dalam keadaan baik bisa menjadi sosok ayah penuh hikmat namun bisa menjadi ayah yang sangat menakutkan.

Tak pernah sekalipun ia membalas kepedihan yang diperbuat ayahnya. Tak jarang ia rela dipukuli saat membuang botol-botol minuman keras ayahnya. Dan tak jarang juga ia berani mengatakan bahwa ayahnya harus berubah. Semua ia lakukan untuk mengembalikan ayah yang dulu selalu menghangatkannya.

Di usianya ke 22, Garar menjadi sosok teladan bagi perusahaan, keluarga maupun teman-temannya. Karirnya melesat cepat. Teman-temannya sangat bangga padanya,setiap kata dan hal positif yang keluar dari mulut Garar menjadi motavisi untuk teman-temannya. Garar disenangi banyak orang.

Ulang tahun ke 25, Garar mendapatkan hadiah terindah dari Tuhan. Penantian hampir 10 tahun akhirnya ia dapatkan. Ayahnya datang dengan penyesalan penuh untuk berubah. Detik itu juga perubahan terjadi. Ayahnya berkomitmen untuk tidak menyentuh minuman keras. Lintasan siksaan itu tidak lagi terbayang dibanding momen indah ini. Panjatan doa 10 tahun terasa ringan dan cepat.



Dimakanah kita?

·         Sessy berasal dari pohon baik, rantingnya masih kuat saat remaja. Namun ulat membuat pohon itu tidak tumbuh dengan baik. Pohon yang sempat berbuah baik, rusak dengan sekelompok ulat yang menggerogoti buah itu. Pohon itu tetap baik, tetap berdiri teguh, namun tidak sempurna dengan buah yang membusuk. Pohon itu tidak bermanfaat, karena buahnya tidak dapat dinikmati orang.
·         Garar, awalnya berasal dari pohon yang baik, namun dirusak oleh musim yang memburuk. Namun itu bukan menjadi alasan untuk tidak menghasilkan buah yang manis. Dukungan lingkungan membuat pohon itu berusaha untuk melawan cuaca yang tidak bersahabat. Pohon itu pun kembali kuat, dengan menghasilkan buah yang manis. Buah yang dinikmati banyak orang.

Bisakah keadaan itu diubah dan berubah?

Selly menjadi buah yang manis yang dilindungi dari hama ulat atau Garar menjadi buah yang membusuk karena tidak mau menerobos kondisi cuaca yang buruk? Jawabannya bisa.

Bukan berarti orang tua yang baik menghasilkan anak yang baik juga, atau orang tua yang buruk menghasilkan anak yang buruk. Itu mempengaruhi, namun bukan menghasilkan.

Respon hatilah yang menjadikan buah itu sebagai hasil. Jika respon hati kita tidak menginginkan yang baik, maka keburukan lah yang kita hasilkan.

Milikilah respon hati yang benar, agar kita menghasilkan buah-buah yang manis. Yang dapat dinikmati oleh banyak orang dari generasi ke generasi…..

Jumat, 20 Mei 2011

Terang dan Garam

Lukas 14:34-35 “Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar”

Apa gunanya kita- sebagai rekan sekerja Allah, jika kita menjadi tawar? Kita tidak memiliki makna. Sebagai garam dunia, kita memiliki fungsi yang paling berdampak. Apa fungsi garam?

1.       Memberi rasa
Saat anda merasa teramat sangat lapar, dan membuka tudung saji di meja makan terlihat aneka makanan yang terlihat sedap, sup ayam, gulai, ayam bakar,telur goreng, nasi goreng,  apa yang akan anda segera lakukan? Mengambil piring dan segera menyantapnya bukan? Tapi, apakah anda akan meneruskan melahap makanan itu jika rasanya hambar karena tidak dibubuhi garam? Kebanyakan orang akan menghentikan makan mereka dan mencari makanan baru yang memuaskan rasa laparnya. Itulah tugas garam, memberi rasa. Namun, garam pun harus melarut. Meskipun bongkahan garam dimasukan ke dalam masakan, masakan itu tetap tidak enak, karena hanya sebagian yang asin – bahkan teramat asin, dan sebagian lagi tetap tawar. Seperti itulah tugas kita sebagai garam, harus melarut. Tidak hanya menceritakan kebaikan Tuhan dalam komunitas kita saja, tidak kepada keluarga kita atau kepada kaum miskin/kaya. Kita harus melarut, keseluruh pelosok dan bidang. Agar mereka mendapat rasa yang sama. Seperti  sayur pare dan lobak memiliki rasa yang pahit dan sepat, jika direndam dengan air garam (garam yang sudah melarut) dengan air) dapat mengurangi rasa pahit dan sepat tersebut.
2.       Mencegah kebusukan
Dari informasi mengenai garam dikatakan bahwa fungsi lain dari garam adalah mencegah kebusukan. Jaman dulu orang-orang belum memiliki sistem pembuangan seperti sekarang ini. Jadi, bila mereka hendak buang air besar, mereka menggali tanah, beberapa centimeter lalu menimbunnya dengan tanah. Bayangkan, jika kotoran itu terinjak oleh yang lewat ??? Sistem sanitasi yang buruk, menyebabkan penyakit diare mudah menyerang manusia dan salah satu penyakit yang paling ditakutkan saat perang. Salah seorang rekan bercerita kenapa bangsa ISRAEL bisa terhindar dari penyakit ini karena mereka menaburkan garam di atas kotoran mereka. Kotoran itu akan mongering dan tidak menyebarkan bibit penyakit.
Jika kita ingat bagaimana generasi saat ini, kemunafikan, ketidakpedulian, kejahatan, lupa akan kasih terasa sangat kental. Kita harus menutupi kebusukan itu dengan menjadi garam. Menutupi agar penyakit tidak tersebar.
3.       Mengawetkan
Garam juga berfungsi sebagai pengawet, karena garam mampu membunuh bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Dengan demikian garam mampu membantu membunuh dosa-dosa manusia dan menghambat pertumbuhan dosa tersebut.

Sudahkah kita berfungsi layaknya garam yang benar?

Matius 15:13 kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”

Alkitab jelas mengatakan bahwa kita adalah garam dunia, itu berarti kita memang garam dunia, bukan “kamu akan menjadi garam dunia jika….” atau “kamu bisa menjadi garam dunia saat kamu melakukan ….” Kita sudah ditetapkan Allah menjadi garam dunia, tidak peduli bagaimana latarbelakang kita, sejak dibentuk kita, manusia, anak-anak Allah = GARAM DUNIA, pemberi rasa, pencegah kebusukan dan pengawet bagi dunia.

Sekarang tinggal respon kita, apakah kita mau memberi dampak yang baik kepada generasi kita atau menutup mata telinga kita akan kebusukan yang sedang menggerogoti generasi ini. Generasi ada ditangan kita, maukah kita menjadi seorang father/mother yang membimbing generasi dengan tujuan kebusukan generasi itu terbunuh oleh garam-garamnya Allah? Ataukah membiarkan generasi ini membusuk sampai akhir? Jika pilihan ke-2 yang kita ambil, sepertinya kita sudah tidak bisa lagi menikmati makanan enak, karena tidak akan ada lagi rasa untuk makanan kita. Karena garam itu menjadi tawar.

Jadilah garam-garamnya Allah yang berdampak bagi dunia dengan cara melarut kepada lingkungan sehingga rasa itu tersebar sama rata.